BLOGGER TEMPLATES AND Tagged Layouts »

Kamis, 08 Maret 2012

Lamaranmu Ku Tolak !!!

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya.
Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.

Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.
Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.

Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.

“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“Iya, Pak,” jawab sang muda.

“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku takmau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya.
Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya, keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.”

“Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya.
“Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.
“Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”
“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”

Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”
“Kamu lulusan mana?”
“Saya lulusan Fakultas Ekonomi UNPAD Pak. UNPAD itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?”
“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak.”
“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”

Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”
“Jadi kamu sudah bekerja?”
“Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.”
“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”
“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”

Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”
“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang limapuluh juta Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”

Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”
“Kamu bisa apa itu, internet?”
“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”
“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”

Bisikan, “Tapi Ayah…”
“Kamu kesini tadi naik apa?”
“Mobil Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”
“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”
“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”

Bisikan, “Ayahh..”
“Kamu merasa ganteng ya?”
“Nggak Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.”
“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”

Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga.
Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz.. saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja.
Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”
Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.”

Mata sang muda ikut berkaca-kaca....

Perjalanan kehidupan pun berlanjut...

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nahl QS 16:18)

Aku dan Dia diantara Allah "Doa dalam Kerinduan"

Bila dapat aku melihat sosok "dia" yg tergambar dalam barisan pena itu ...
Maka tak dapat lagi aku mengucap ...
Tak dapat lagi aku meragu ...
Hanya bisa, aku berteriak ...

Ku langkahkan kaki ku menuju-Mu ...
Mengganjilkan akhlak ku yang genap tak berarah ...
Mengesakan ilmu-Mu yg begitu luas dan terarah bimbingannya...
Hinggaku terjatuh dan terhina lebih, tetap dihadapan-Mu Ya Rabb ...

Jika demikian, maka aku akan berkata ... 


Duhai Rabb-ku yang cintanya tak pernah kurang setetes pun untuk setiap hamba-Nya ...
Duhai Rabb-ku yang kasihnya tak pernah habis untuk milyaran khalifah sejagat raya ...

Hari ini ...
Saat ini ...
Detik ini ...
Bahkan jika hembusan nafasku adalah yang terakhir kali ini ...

Bisakah aku meminta, memanjatkan doa, dan berharap ...
Jika "dia" memang ada dalam setiap nafas kehidupan ini ...
Maka pertemukanlah aku dengan “dia” yang tak jelas adanya ...
Dan bawalah aku kepadanya dengan rasa hina bercampur cinta dihadapan-Mu ...

Jadikanlah aku hamba-Mu yang mulia ketika nanti ...
Kelak, pasti aku akan berdiri disampingnya yang tlah Kau jaga dan tlah lama ku nanti ...
Untuk ku dan untuknya di sebuah istana kecil di tanggal terindah yang sudah kau tetapkan di kitab lauhfuz-Mu bagi kami ...

Aku ingin menjadi pangeran baginya dan aku ingin “dia” menjadi bidadari bagiku ...
Yang bersama-sama kami mengabdikan diri kepada-Mu  ...
Demi kebahagiaan di dunia yang fana dan kebahagiaan di akhirat yang abadi ..
Tepatnya, di Jannah Firdaus-Mu Ya Rabbul Izzati ...

Berpikir memang aku selalu berpikir ...

Saat ini, aku masih memang tak pernah tahu ...
Siapakah ia bagi ku ...
Dimanakah ia bagiku ...
Dan bagaimanakah rupa wajah dan akhaknya bagiku ...

Hai engkau “dia” yang ku tunggu ...
Penahkah kau berpikir, betapa rindunya aku menantimu ...
Betapa rindunya aku ingin segera bersandar dalam pelukanmu ...
Betapa cintanya aku meski saat ini, Rabb-ku tak kunjung mempertemukan ku dengan engkau wahai bidadariku ...



Doakan aku dinda, yang tengah berjuang mencarimu dan membawamu pulang ...
Berkumpul dalam satu kumpulan pejuang-pejuang sejati ...
Yang kelak akan merestui dan menyepakati ...
Tentang janji sehidup semati ...
Yang membuat kau dan aku halal memenangkan kewajiban atas perintah dan sunnah Rasulullah-Nya Rabbul Izzati ...

Doakan aku dinda, yang tengah berjuang membangun istana megah ...
Agar bisa kau jadikan tempat untuk berteduh sepanjang hidup ...
Tempat penyempurna ibadah kepada-Nya  ...
Dan tempat untuk kau asuh kelak putra putri kita ...

Jagalah dirimu saat ini dinda ...
Untukku yang tak pernah jelas adanya bagimu ...
Yang mungkin tak kan pernah kau duga ...
Siapakah aku, bagaimana wajah, dan akhlakku bagimu ...

Dinda, tariklah nafasmu dan hembuskan do’a mu kepada Allah Azza Wazala ...

Duhai Rabbi ...
Bangunkanlah istana termegah di dunia ini untuk kami ...
Demi cinta dan rindu yg telah lama telah Engkau sembunyikan ...
Yang kami rindukan dan kami nantikan kehadirannya ...
Hingga nanti, kau berikan seutuhnya untuk kami ...
Untuk hamba-Mu yang hina ini, duhai salam dan doa kami kepada-Mu Rabbul Izzati ...

Senin, 31 Oktober 2011

“ Sebuah Renungan “


Entahlah ...
Aku harus berkata apa tentang ceritaku ...
Cerita tentang langit yang ku rasa tak menentu tentang dirimu ...
Kadang biru dan kadang kelabu ...

Aku memang rindu ...
Dan ingin rasanya menangis syahdu ...
Aku memang rindu ...
Dan ingin rasanya melihatmu ...

Tapi tidak ... !
Tidak untuk diriku saat ini ... !
Karena terpendam akan lebih baik ... !
Daripada harus aku menodai kesucianmu ... !

Mentari di ujung barat ...
Aku akan kembali mengangkat kaki ...
Melangkah jauh untuk pergi ...
Ke sana, tempat sejuk tapi selalu ku takuti ...

Dulu memang senyum yang menghiasi hati ...
Tapi kini ...
Aku telah menjadi kuman yang menodai ...
Dan terlalu pantas tuk slalu kau hujati ...

Aku hanya aku ...
Dan aku akan tetap menjadi aku ...
Siapa aku ...
Dan pastinya aku apa adanya aku ...

Menggores disetiap lembaran putih tentang penaku ...
Aku hanya bisa mengkilas disetiap bait-bait tinta sebuah lagu ...
Tentang satu cerita indah yang tak kan mudah hati melepas ...
Di masa lalu, yang menusuk hingga hati mudah tertindas ...

Aku tahu tentang setiap paragraf kisah kita saat ini ...
Tapi aku ragu tentang apa yang akan terjadi nanti ...
Karena kisah kita saat ini, hanyalah setitik tinta yang tak mudah tuk difahami ...
Apakah ia akan hidup terhiasi atau akan mati menodai hati ...

Senin, 24 Oktober 2011

AKU MALAS MENGAJI, BEGITU KATANYA !!!


Entahlah ,,,
Mungkin ini yang sering terdengar dalam hujatan keras ...
Yang  menjadi penghancur gendang telingaku ...
Hingga aku pun ,, tak bisa lagi mendengar rintihan baiknya ...

Pernah sesekali aku terhujat keras ...
Bukan sesekali tapi sering terdengar ketika aku berada disatu sudut yang terdiam ...
Di kamarku ...
Yah ,, dikamar yang sudah tercap karena keburukannya ...

Mereka yang berilmu ...
Mereka juga yang meremehkan ilmuku ...
Memang ,, aku tak pernah sesekalinya menginjak dataran kota santri ...
Sesekalipun ,, ini kali pertamannya aku berdiri di satu tempat yang tersebut “PESANTREN”

Tradisional dan Modern ...
Kitab kotemporer dan Kitab Klasik ...
Itu yang sering ku dengar ...
Tapi tetap saja aku tak mengerti apa maksudnya ...

Langkah pun mulai berpikir ... :

Hei ... !! !! !! Kamu seorang santri !! dulu mengidam-idamkan pesantren ,, sekarang sudah dikasih malah kau sia”kan !! (gentak pikiranku)

Kau keturunan anjeungan ,, kecuali kamu ,, !!! kamu hanya seorang anak yang lahir dari keturunan yang ilmu agamanya pas-pasan ,, ! tapi dibalik semua itu ,, kau memiliki keluarga yang mampu menanamkan iman dihatimu ,,, dan islam dalam pengabdianmu meskipun ilmumu masih kecil ,,, lebih kecil dari butiran pasir yang memang pantas untuk direndahkan oleh orang-orang yang besar ilmunya ....

Gentak mereka ... :

Di pesantren mah ngaji !!! Tara ngaji ya !!!
Males-malesan bae dikamar teh !!!
Tugas mah gampang dikerjain ,, yang penting mah ngaji !!!

Ahh !!! terlalu banyak hujatan yang diterima .. .. ..
Sering terdengar ...
Dan padahal mereka hanya tau ...
AKU MALAS MENGAJI ,,, BEGITU KATANYA !!! !!! !!!

Berpikir dan berpikir ...
Itu yang terus ku lakukan ...
Mencoba menulis agenda waktuku ...
Dan ternyata ,, perlahan mulai bisa ku hilangkan meski tak semuanya ...

!!! !!! !!! !!! !!! !!! !!!
Aku terdiam kaku ...
Entahlah ,, ternyata ilmuku tak hanya dipandang rendah di PESANTREN saja !!!
Tapi ,, mereka !!! mereka yang memandang keluarga pun juga ikut mengatakannya ...

Ma’lum lah ...
Itu yang ku sebut dan selalu tersebut untuk mengedepankan alasanku ...
Aku hanya sekolah di lingkungan bebas berbusana ...
Dan tak jarang dari mereka para akhwat yang menggelar auratnya ...

Statusku dulu hanya seorang siswa SD, SMP,SMA, dan Mahasiswa Swasta ...
Bukan MD, MTS, MA, ataupun lulusan Pesantren ...
Aku mengaji ya hanya mengaji saja ...
Ku baca IQRA dan setelahnya ku baca Al-Qur’an ,, hanya itu ...

Tak kenal huruf gundul ...
Tak kenal kitab-kitab ...
Tau shalat ya shalat ...
Tau ngaji ya ngaji ...

Hanya itu dan sekali kutegaskan hanya itu ... !!!

Gumamku ... :

Mereka yang bicara tentang hal itu kepadaku ...
Mungkin hanya mampu menggentak ... !!!
Menghujat keras !!!
Tanpa sekali pun mereka bertanya ...

“Karena sebab apa kau jarang mengaji ? Hanya muncul ketika yang mengajar adalah Pa Kyai ...
“Karena sebab apa kau jarang mengaji ? Hanya mengeluh meminta revolusi pada metode mengaji ...
“Ada sebabkah ? hingga kau bisa meninggalkan sunnah Pesantren yang kau putuskan dulu ,, ketika pertama kali kau ucap janji untuk tinggal di Pesantren ini ... ??? adakah ??? adakah ???

Mungkin dengan bertanya seperti itu ,,,
OK !!! Aku akan menjawab dan ini lah jawaban yang begitu ingin ku utarakan dihadapan kalian ...
Wahai yang berilmu ...
Tapi begitu mudah untuk merendahkanku ...

Kisahku mendobrak :

Niat pertama kali aku datang ke Pesantren adalah karena ini impianku ... Aku ingin bisa mengaji dan kelak semua ini ku jalani agar nanti bisa ku berikan ilmuku pada murid didikanku disana ... ditempatku ...

Mungkin memang, diawal aku MALAS ,, tapi taukah kalian ???
Malasku bukan karena aku tidak ingin mengaji !!! tapi aku bingung ... aku tidak mengerti apa yang ku pelajari dan guru terangi ...

Yang terlihat adalah ... huruf arab yang gundul ... !!! aku memahami tulisannya karena aku mengerti huruf hijaiyahnya ... namun setelah ku coba .. salah dan sangat salah ... karena ternyata ternyata tak sebutir pun aku menguasai Ilmu Nahwu dan Sorof untuk bisa membaca kitab gundul tersebut ... dan bahkan sesekalinya pun aku baru mendengar nama ilmu itu ... !!!

Tragis memang untuk manusia sepertiku .. tapi ku coba bangkit dan mulai sadar akan betapa pentingnya ilmu agama bagi kehidupanku !!! tidak ... bukan untuk ku saja ,,, tapi untuk semua manusia yang ku pikir mereka akan rugi jika hanya memahami ilmu dunia saja ... !!!

Disaat mengaji kitab gundul ... ku lihat teman-teman seperjuanganku bisa membacanya dan lebih-lebih bisa mengartikannya ...

Aku hanya tertunduk ,, dan menahan tangis yang ku pikir ,, aku CEMBURU akan ilmunya ...
Itu yang ku pikirkan !!! !!! aku cemburu dengan kalian hai yang berilmu ... ... yang terdidik dari sekolah-sekolah agama !!! yang terdidik dari pesantren-pesantren tradisional ,, modern ,, apapun lah yang menurutku kalian lebih beruntung daripada aku ,,, yang baru kali pertamanya menginjak dataran kota santri ...

Iyah !!! mungkin aku hanya satu dari sekian santri yang bernasib sama sepertiku ...
Tapi ku coba luruskan pandangan kalian tentangku ,, tentang kami yang sebutir pasir pun ,, masih pantas dikatakan rendah ... ... !!! benar dan itu tidak salah ... ...

AKU MALAS MENGAJI, BEGITU KATANYA !!!
Ku coba fahami kalimat itu ,,, dan sering terdengar ... ... dan bahkan sesekali aku malah malu dihadapan guru-guru dan Kyai ketika bertemu ...
Cemburu rasanya ,,, kalian yang berilmu ,, sering tersapa oleh guru-guru dan Kyai ...
Bahkan faktanya ,, ketika mengaji pun yang tertunjuk hanyalah mereka yang bisa membacanya ... dan jarang sesekali yang tertunjuk adalah yang tidak bisa membacanya ...

Mungkin untuk ku ,, perlakuan itu bisa sangat membuatku cemburu ...
ANDAI,,ANDAI,,dan ANDAI AKU BISA MEMBACA KITAB DAN MENGARTIKANNYA !!! !!! !!!
Itu yang mengeroyoki pikiranku setiap kalinya aku mengaji bersama kalian ...
Aku menangis sebenarnya ... dan perih batinku menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa seperti kalian ...

Dan sekarang ,,, pilihanku adalah aku memang harus memikirkan matang tentang keinginanku bisa mengaji seperti kalian ...
Aku ingin bisa meneruskan garis keturunanku yang hampir semua anjeungan ,, termasuk Pa Kyai yang masih sedarah dalam silsilah garis keturunanku ...
Mungkin ,, semester ini akan menjadi pilihan terberat bagiku ...
Aku ingin pindah ke dataran kota santri tradisional, PONDOK PESANTREN Al-Mardiyatul Islamiyah milik almarhum KH.Abdul Jalil (Uyutku) di Cibagbagan, Cileunyi ... H. Bisrin (kakek ku) dan KH. Abdul Qodir (mamangku) ,,, semua sudah almarhum ,, dan disinilah ,, tangisan terberat yang selalu ku rasakan karena harapanku adalah aku begitu ingin diajarkan langsung oleh mereka ,, tapi ternyata jalan Allah berbeda ,,, sesekalinya pun di umurku yg berkepala 2 ini ,, sudah tak bisa mempertemukan aku dengan mereka lagi ...

Al-Ihsan ,,, yah ,,, inilah pesantren tempat sekarang aku bersinggah ... Dan sering sesekalinya aku mengeluh dengan metode pengajaran disini ,, ,,, inilah ,,, itulah !!! dan aku bener-bener tidak mengerti ... yah meskipun alhamdulillah sedikit mulai ku fahami ... ...

Ini kisahku disini ,,, dan Al-Ihsan yang mungkin akan terasa berat ku tinggalkan nanti jika jadi ... ... karena pikiranku yang ingin membuktikan ke Pak Kyai ,, bahwa kelak ,, insya Allah aku bisa mengaji meskipun latar belakangku adalah bukan lulusan pesantren yang punya dasar-dasar ilmunya untuk mengaji !!! !!!

Kini kalian tau dan ku harap tidak akan kalian sebut lagi untuk kami yang jarang mengaji terkecuali jika kalian sudah menanyakan “ada sebab apakah yang membuat kami jarang mengaji” ???

AKU MALAS MENGAJI, BEGITU KATANYA ... !!!

Minggu, 23 Oktober 2011

Diam Itu Emas #kutipan my group CTSPH



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ????

Sahabatku innamal mu’minuna ikhwah ^_^

Alhamdulillahi rabbil’alamin, menginjak ilmu yang ke-3 ,,, ,,, ,,, kali ini CATATAN “TERPUJI” SEBAGAI “PENENANG HATI” akan memberikan suatu motivasi bagi kalian tentang “What is the Silent ??? “
,,,,
Subhanallah,,,so inggris banget yaH (__^),,,he,,he,,he,,,!!!
Bismillahirahmanirahim … …
          Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Insya Allah yah ???
          hmZzzz,,,,
Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW :
“ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata benar atau diam “. (HR. Bukhari )
Nah,,,jelaskan,,???
ini nih ada banyak jenis-jenis diam (?_?)
Dibaca dan dipahami yah,,,?
Insya Allah ini bermanfaat loh buat kalian (_n) amin Ya Rabb … …

1.      Jenis-jenis Diam (#_#)

    Sesungguhnya kalo kalian tahu,,,diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang diam jadi emas (Subhanallah !!! ), tapi ada juga dengan diam menjadi masalah ( Astagfirullah !!! ).
    Emzz, semua itu bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya yah (n_n) ???

    yupzZz,,,macam-macam diam :

~ Diam Bodoh
    => diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan.
kenapa ???
    Hal ini terjadi, bisa karena minimnya ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan pokoknya alasan ketidakmampuan lainnya deh ??
    Namun, diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara “sok tahu”.

~ Diam Malas
    => Diam yang buruk, kalian tahu kenapa ???
    Karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa tidak mood, tidak berselera atau malas.
    Masya Allah,,jauhin aza nih,,diam yang kaya begini yah !!! oK (^o^)

~ Diam Sombong
    => Ini juga sama,,masuk ke dalam diam yang buruk atau negatif, karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak berbicara tidak selevel dengannya.

~ Diam Khianat
    => yang begini nih diamnya orang jahat, karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji. Na’udzubillah min dzalik yah,,,,(__-)

~ Diam Marah
    => Diam yang begini ada baiknya dan adapula buruknya.
    Baiknya yaitu bisa jauh terpelihara dari perkataan keji yang akan memperkeruh suasana.
    Buruknya yaitu dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga malah menambah masalah. (_#) jadi pusing kan ??? he,,,he,,he,,,

~ Diam Utama ( Diam Aktif )
=> Diam yang seperti inilah yang harus kita lakukan, artinya bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan untuk enggan bersikap menahan diri ( diam ) maka akan menjadi maslahat lebih besar dibanding dengan berbicara.
    Dalam CATATAN “TERPUJI” SEBAGAI “PENENANG HATI” ini, saya akan menjelaskan kenapa kita harus memilih “Diam Aktif” dan apa keutamaannya ???

2.     Keutamaan Diam Aktif

~ Hemat Masalah
    Artinya, dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

~  Hemat dari Dosa
    Artinya, dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosa pun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

~ Hati Selalu Terjaga dan Tenang
    Artinya, dengan diam aktif berarti hati kita akan terjaga dari riya, ujub, takabur, atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

~ Lebih Bijak
    Artinya, dengan diam aktif berarti kita menjadi pendengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendalam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

~ Hikmah Akan Muncul
    Artinya, yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan dirinya dengan diam aktif, adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah SWT akan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

~ Lebih Berwibawa
    Artinya, tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam dan aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif juga merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal seperti ini nih :
   
    ~ Diam dari perkataan dusta
    ~ Diam dari perkataan sia-sia
    ~ Diam dari komentar spontan dan celetukan
    ~ Diam dari kata yang berlebihan
    ~ Diam dari keluh kesah
    ~ Diam dari niat riya dan ujub
    ~ Diam dari kata yang menyakitkan
    ~ Diam yang sok tahu dan sok pintar

    Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput,lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhid “ Laa ilaha illallah”, puncak perkataan yang menghantarkan ke surga.
    Semoga bermanfaat yah sahabatku innamal mu’minuna ikhwah.

    Salam CATATAN “TERPUJI” SEBAGAI “PENENANG HATI” (^_^).

                                 “ Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ??? “

Sabtu, 22 Oktober 2011

“Cemburukah Allah Bahwa Kini Aku Jatuh Cinta”

 

Pagi membawa gundah dalam dada yg menyesak ...
Berpikir tapi tak tahu apa yang terpikir ...
Seakan-akan mulut ingin membisu ...
Dan hati yang ingin menggentak ...

Mencoba untuk menahan apa yang ada ...
Saat rindu mulai tumbuh, diam-diam menyemakan hati ...
Tak tahu apa yang terjadi ...
Pagi ini, imanku mulai goyah dan rasa takut tuk menzinai hati ...

Memang tak salah saat jujur mulai berkata ...
Aku mencinta tapi bukan karena nafsu yang tertata ...
Dan lebih karena aku takut membuat Rabb cemburu memendam rasa ...
Yang ku lebihi untuk makhluk-Nya dan bukan ku lebihi karena-Nya ...

Perlukah aku jujur mengutarakan cinta ?
Sedangkan hati pun rasanya tak pernah mengerti apa itu cinta ?
Bagaimana hakikatnya cinta ?
Dan kepada siapakah aku memberi dan mendapatkan cinta ?

Syair pena di atas lembaran tinta mulai berbicara :  

Ungkap rasa syukur menyelimuti batin ini ... 
Pertanda aku mencintaimu karena anugrah yang tlah Allah ajarkan pada hati ini ... 

Biarlah jika memang cinta itu mulai bersema mencari celah memasuki hatiku ... 
Tak peduli sebesar apa, tapi semoga cinta ini tumbuh tak melebihi cintaku kepada-Mu ... 

Ku cukupkan hanya Engkau yang mengetahui tentang anugrah cinta yang terasa saat ini ... 
Karena Engkau, tempat paling indah bagi hati ini ingin bercerita ...

Ya Rabb ...
Jika Engkau izinkan hamba tuk kembali bersama dirinya ...
Itu adalah takdir-Mu dan aku tidak akan melanggar takdir-Mu ...
Namun, jika Engkau memilihkan yang lain untuk ku ...
Maka ini juga takdir-Mu dan aku tak akan mampu melanggar takdir-Mu ...

Ingin ku tepis, tapi aku takut mengkufuri nikmat-Mu ...
Haruskah aku jujur dengan apa adanya aku ?
Tentang aku mencintainya karena-Mu dan bukan karena nafsuku ?
Tapi aku takut disaat itu, aku membuat-Mu menjadi cemburu ...

Berharap tak lebih sekedar mengharap ...
Jika ini jalan dari-Mu maka izinkan aku untuk berkata jujur tentang cintaku ...
Terpendam tak selamanya baik bagiku ...
Tapi itu masih menurutku ...

Bagaimana menurut-Mu ?

Apa Engkau memberi keridhoan ketika cintaku jatuh untuknya dihadapan-Mu ?

Aku takut Engkau cemburu ...
Tapi ku coba menjaga hati, karena aku hanya ingin cinta ini dilebihkan untuk-Mu ...
Yah, cinta lebihku ini untuk-Mu ...
Dan bukan untuk makhluk-Mu ...

Semoga. Amin ya rabbal’alamin ... ... (u__U)” .. “(U__u)

Rabu, 09 Maret 2011

Nada-nada Biru Petikan Cinta


Sinar shubuh mengintip pagi penuh terang ...
Mengembun, titisan bintik yang memuntahkan nada-nada ...
Mengiringi rumput dalam sebuah nyanyian ...
Hingga bergoyang bersama mentari yang menyinari ...

“ Gundah hati, itu yang terjadi saat ku buka mata tatkala teringat satu nama kepada Rabb-Ku. Bergegas membasuh, lalu ku berdiri tegap di atas sajadah, ku lekukan badan, dan bersujud harapan akan ridho-Nya di sepertiga malam terakhir. Menyentuh jari, mengitung asma-Nya dalam dzikirku yang penuh tunduk untuk memohon ampunan atas dosaku, memohon satu nama atas doaku, memohon kepastian atas raguku, dan memohon cinta atas rinduku. “

Jemari, tak pernah letih menggores pena penuh makna ...
Menggentak lidah untuk mengucap ratusan kata ...
Mengumbar pikir menjadi tinta ...
Dan mengumbar rasa menjadi kerajaan cinta ...

“ Pagi buta, ku duduk di sudut ruang yang tenang, memegang kitabullah, membaca dan melantunkannya penuh nada. Tenang pikiranku dan begitu tenang hatiku untuk tetap terjaga. Lalu, ku curah makna rasa menjadi catatan terpuji penuh karya. Bisik hatiku memikirkan dirinya, menghindar jauh tapi selalu teringat, maka tergoreslah penaku, penuh utopia yang membuat hati tersenyum manis dan penuh makna dari sebuah risalah cinta. “

Nada-nada biru ...
Terlihat begitu indah menjulang tinggi di angkasa ...
Menebar cinta mempesona hati ...
Sebiru langit yang kupandang di bawah sini ...

Menengadah kepala ku, melihat indah lukisan langit biru berawan putih. Terdengar nyanyian alam penuh nada, kicau burung, angin gunung, dan gemersik dedaunan pohon yang menghiasi hati penuh cinta akan Rabb-Ku.

Berjalan, melangkah ragu dalam lantunan rasa ...
Saat menatap, apa yang tertatap pada benih-benih cinta ...
Tumbuh dan terus saja tumbuh, menebar seperti mutiara ...
Saat nada rindu, ternyanyikan dalam sebuah petikan cinta ...

“Apa yang termakna dari ribuan makna tentang cinta, bila diri ku sendiri pun tak pernah memaknai dari ribuan cinta yang termakna itu. Biasa, satu kata yang selalu ku lakukan setiap harinya. Saat ku tatap dirinya dalam satu jarak, meski akhirnya ku slalu meragu ketika tatapan itu terbalas oleh dirinya. Cinta memang penuh rasa, dan rasa selalu saja dipenuhi cinta ketika waktu yang tak pernah berhenti, menghampiri diriku memgilhami sejuta rasa untuk ku jadikan sejuta cinta, menghiasi mahkota wajah yang terurai panjang pada dirinya.”